NILAH.COM, Bandung - Yang dia cari bukanlah sekadar materi,
melainkan kepuasan hati dan falsafah hidup. Komik tahun 70-an banyak
falsafahnya, berbeda dengan komik terbitan sekarang.
Begitulah
kalimat kunci dari Erlina Marcus, seorang pemilik penerbitan yang
berusaha mempertahankan tradisi menerbitkan komik-komik Indonesia era
1970-an, seperti komik Wiro Sableng, Si Buta dari Goa Hantu, Siti
Garaha, bahkan komik Mahabarata dan Ramayana.
Ibu dengan empat
anak ini setidaknya sudah memiliki puluhan judul komik Indonesia yang
entah sudah berapa puluh kali mengalami cetak ulang. “Saya konsisten
untuk tetap menerbitkan komik era 70-an karena di dalam banyak falsafah,
berbeda dengan komik sekarang yang mengutamakan gambar tanpa pesan
dalam tulisannya,” ujar Erlina yang dihubungi INILAH.COM, Jumat (19/7).
Erlina
mengatakan, memang penjualan komik era 70-an menurun sekarang ini.
Tetapi, pencintanya masih tetap ada. Karena itu, imbuhnya, dirinya masih
tetap bertahan hingga sekarang, terlebih bukan materi saja yang dirinya
tuju dalam menjual komik era 70-an, melainkan kepuasan.
“Banyak
pembeli dari komik-komik era 70-an, yakni para orang tua. Mereka
terkesan nostalgia akan masa lalunya dengan membaca komik. Sedangkan
anak muda, sangat jarang. Mereka kan lebih memilih komik Jepang,”
jelasnya.
Dikatakan Erlina, dirinya terjun ke penerbitan komik
era 70-an memang sebuah warisan dari sang suami bernama Markus. “Suami
saya itu pelukis dan sekitar tahun 1960-an membuka toko ini. Ketika dia
meninggal dunia, maka saya yang meneruskannya,” ucap Herlina.
Herlina
mengatakan, awalnya dia tidak begitu mengerti tentang cerita-cerita
komik ini. Namun lambat laun, imbuhnya, kini dirinya sangat hafal akan
cerita komik era 70-an berikut seni yang diciptakannya. “Anda kalau baca
komik 70-an akan banyak falsafah yang bisa dipetik dan dapat
dipraktikkan dalam kehidupan,” tegasnya.[jul]
Sumber
Pendapatnya ?
untuk kritik dan saran Di Follow twitter saya @andikeja
No comments:
Post a Comment